Informasi Terkini

Revolusi Industri 4.0 dan Budaya Literasi Masyarakat Desa

BPD Mulyasari (Karawang) - Mau tidak mau, suka tidak suka, kita semua tiba-tiba sekarang sudah hadir dalam sebuah era Revolusi Industri 4.0. Sebuah era yang di dalamnya perubahan besar telah terjadi di sekitar kita, termasuk salah satunya di bidang pendidikan, khususnya budaya literasi.

Dalam hal ini literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Revolusi Industri 4.0 merupakan era di mana aneka macam informasi dengan mudahnya masuk ke dalam ruang-ruang pikiran kita bahkan ke dalam ruang yang paling privat sekali pun. Kita dihadapkan pada samudera informasi yang begitu luas yang disebut-sebut sebagai big data.

Budaya Literasi Masyarakat Desa di Era Informasi


Apa yang akan terjadi bila samudera informasi ini tidak diselami dengan budaya literasi yang tinggi? Kita akan menjadi masyarakat yang begitu mudah menerima informasi hoaks, begitu rentan dengan ujaran kebencian, seolah buih yang tak kuasa menahan hantaman gelombang terombang-ambing tak memiliki pegangan.

Hal tersebut menjadi benar dan dikuatkan dengan data Central Connecticut State University 2016, dikatakan bahwa budaya literasi Indonesia berada di tingkat kedua terbawah dari 61 negara, hanya satu tingkat di atas Bostwana. Data tersebut sangat memprihatinkan tentunya, artinya kita butuh bekerja lebih keras lagi untuk dapat meningkatkan budaya literasi di sekitar kita.

Budaya Literasi Masyarakat Desa
Membangun budaya literasi bangsa Indonesia berarti membangun budaya literasi masyarakat desa. Pekerjaan ini seakan mustahil, mengingat saat ini desa masih serba terbatas, akses informasi yang terbatas, SDM yang terbatas, dan keterbatasan-keterbatasan lainnya.

Sebenarnya segala keterbatasan itu tidak lantas menjadi alasan untuk berhenti membangun budaya literasi, untuk berhenti mengajak masyarakat desa khususnya anak-anak kita untuk lebih giat mengenal buku, lebih getol membaca.

Saung Baca Mulyasari

Membangun budaya literasi masyarakat desa jika mengandalkan pada Pemerintahan Desa tentu akan sangat kedodoran, maka salah satu cara yang saat ini bisa dilakukan adalah dengan hadirnya komunitas-komunitas baca yang lahir dari masyarakat itu sendiri.

Kesadaran yang tumbuh dari dalam masyarakat diharapkan bisa menjadi virus kebaikan yang menjangkiti setiap orang di sekitarnya dan bertahan lebih lama, bahkan terus berkembang menjadi lebih besar lagi.

Minat Baca Melempem, Jangan Nangis!
Bagi generasi milenial, krisis literasi ini menjadi tantangan yang menarik untuk dapat dientaskan, salahsatunya seperti yang telah dilakukan oleh generasi muda SABARI (Saung Baca Mulyasari). Mereka menjadi sosok-sosok milenial yang sudi berjuang di ranah tandus ini, berjuang demi meningkatkan kualitas SDM masyarakat Desa Mulyasari, khususnya anak-anak didik tingkat dasar.

Sejauh ini kiprah SABARI masih pada tahap awal perjalanan, dan kami dari BPD Mulyasari berharap kiprah mulian ini juga bisa menjadi perhatian dari stakeholder terkait di tingkat desa, khususnya Pemerintah Desa yang memiliki kuasa anggaran, maupun pihak swasta yang bisa diajak berkolaborasi membangun budaya literasi Desa Mulyasari.

Semoga kehadiran TBM SABARI ini mampu menjadi sebuah gerakan budaya literasi yang kelak akan melahirkan SDM Mulyasari yang melek literasi, bukan sekadar literasi dalam artian baca dan tulis, melainkan dalam artian literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.

Tidak ada komentar