Kawasan Industri Surya Cipta Sebabkan Krisis Air Bersih di Desa Mulyasari
BPD Mulyasari (Karawang) - Pembangunan Kawasan Industri Surya Cipta yang sampai saat ini masih berlangsung dan masih terus memperluas dirinya, seharusnya diikuti juga oleh semakin meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan sosial dan ekologi di sekitarnya.
Dampak yang paling terasa dari proyek pembangunan Kawasan Industri Surya Cipta adalah hancurnya sumber-sumber mata air di Desa Mulyasari terutama di lingkungan yang bersisian dengan kawasan.
Sebut saja salah satunya mata air Cisalada yang pada sebelum adanya proyek industri merupakan mata air tertangguh yang selalu berlimpah air bersih bahkan ketika menghadapi musim kemarau. Kini mata air Cisalada telah mati.
Kemudian mata air Kalihurip (Sumur Bapak Ude) yang menjadi mata air andalan di saat kemarau, kini telah raib bahkan raib bersama kampungnya karena proyek pembangunan kawasan industri.
Kemudian, mata air Cisarongge/Pasir Huni (Sumur Uwa Emin), mata air Mas Saiman (Pasir Huni), semuanya telah raib berganti beton dan besi.
Semua mata air itu telah raib dan tinggal kenangan bagi masyarakat Desa Mulyasari yang dahulu tinggal berdekatan dengan sumber-sumber mata air tersebut. Raibnya banyak mata air di Desa Mulyasari sebenarnya harus dipertanggungjawabkan dengan pemberian sumber air bersih lain.
Sampai saat ini, proyek pembangunan kawasan indusrti masih berjalan dan mata air yang masih tersisa harus diselamatkan!
Kapitalisme Mata Air
Mata air yang pada mulanya menjadi hak bersama, menjadi ruang interaksi desa yang dapat mempersatukan semua elemes masyarakat desa kini telah menjadi ruang kepemilikan modal. Artinya mata air menjadi ladang rupiah bagi para pemilik modal dan masyarakat mesti rela bermandi air irigasi yang mengandung aneka limbah.
Fakta ironis di atas saat ini menimpa warga yang tinggal di sisian Kawasan Industri Surya Cipta, terutama di kampung Sindang Sari, Pasir Muncang, Kampung Situ, Cibogo, Cimareme, Cisalada, dan Pasir Kadongdong.
Dampak yang paling terasa dari proyek pembangunan Kawasan Industri Surya Cipta adalah hancurnya sumber-sumber mata air di Desa Mulyasari terutama di lingkungan yang bersisian dengan kawasan.
Sebut saja salah satunya mata air Cisalada yang pada sebelum adanya proyek industri merupakan mata air tertangguh yang selalu berlimpah air bersih bahkan ketika menghadapi musim kemarau. Kini mata air Cisalada telah mati.
Krisis Air Bersih Lingkungan Sekitar Kawasan Surya Cipta
Kemudian mata air Kalihurip (Sumur Bapak Ude) yang menjadi mata air andalan di saat kemarau, kini telah raib bahkan raib bersama kampungnya karena proyek pembangunan kawasan industri.
Kemudian, mata air Cisarongge/Pasir Huni (Sumur Uwa Emin), mata air Mas Saiman (Pasir Huni), semuanya telah raib berganti beton dan besi.
Semua mata air itu telah raib dan tinggal kenangan bagi masyarakat Desa Mulyasari yang dahulu tinggal berdekatan dengan sumber-sumber mata air tersebut. Raibnya banyak mata air di Desa Mulyasari sebenarnya harus dipertanggungjawabkan dengan pemberian sumber air bersih lain.
Sampai saat ini, proyek pembangunan kawasan indusrti masih berjalan dan mata air yang masih tersisa harus diselamatkan!
Kapitalisme Mata Air
Mata air yang pada mulanya menjadi hak bersama, menjadi ruang interaksi desa yang dapat mempersatukan semua elemes masyarakat desa kini telah menjadi ruang kepemilikan modal. Artinya mata air menjadi ladang rupiah bagi para pemilik modal dan masyarakat mesti rela bermandi air irigasi yang mengandung aneka limbah.
Fakta ironis di atas saat ini menimpa warga yang tinggal di sisian Kawasan Industri Surya Cipta, terutama di kampung Sindang Sari, Pasir Muncang, Kampung Situ, Cibogo, Cimareme, Cisalada, dan Pasir Kadongdong.
Masyarakat yang bermukim di kampung-kampung tersebut kini menjadi pelanggan setia air irigasi. Terlebih di musim kemarau, jumla masyarakat yang menggunakan air irigasi untuk keperluan mandi dan cuci semakin meningkat.
Musim kemarau kini menjadi lebih keji, sebelum adanya proyek kawasan industri sumur-sumur warga sanggup bertahan sampai 5 bulan dihantam kemarau. Akan tetapi hari ini, baru memasuki kemarau 2 bulan saja sumur sudah mengering.
Satu-satunya pilihan yang ada adalah menggunakan air irigasi, tidak ada pilihan lain, tidak juga ada kepedulian dari para Kawasan Industri Surya Cipta yang seharusnya menyadari bahwa ada kewajiban sosial dan ekologi di bahu mereka mesti disampaikan kepada masyarakat di sekitar.
Memugar Pengharapan
Sulitnya mendapatkan air bersih di musim kemarau memberikan dampak yang sangat berat bagi masyarakat Desa Mulyasari. Mulai dari dampak kesehatan, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dengan kata lain berdampak pada berbagai sektor kehidupan masyarakat.
Memudarnya budaya agraris, bagi masyarakat Jawa Barat pada umumnya pekarangan merupakan aset yang dapat dikelola untuk keperluan micro farming. Pekarangan senantiasa menjadi ruang produktif yang di atasnya aneka bunga, tanaman pangan, sayur-mayur menjadi komoditi produktif yang menopang perekonomia warga.
Kultur agraris semacam itu kini semakin memudar, bahkan hanya 1 dua saja yang bertahan. Kenapa? Air menjadi kendala, air menjadi sesuatu yang sulit, bahkan mahal. Jangankan untuk menyirami tanaman, untuk keperluan mandi, cuci dan minum saja sudah sulit.
Memburuknya kualitas sanitasi masyarakat desa, merupaka dampak negatif lain yang datang karena mengeringnya mata air yang terganggu oleh proyek pembangunan Kawasan Industri Surya Cipta. Air irigasi yang dimanfaatkan untuk mandi dan cuci bukanlah tanpa risiko.
Kandungan limbahnya meninggalkan rasa gatal pada kulit, rasa pedih pada mata, dan penyakit kulit lainnya. Ironisnya air irigasi ini juga terpaksa digunakan masyarakat untuk memandikan bayi-bayi mereka. Kiranya apa yang terjadi kepada mereka? Apa yang terjadi kepada generasi masa depan bangsa?
Membengkaknya beban ekonomi masyarakat, pengadaan air dengan pemanfaatan air irigasi pun tidak gratis. Masyarakat mesti megeluarkan biaya transportasi air baik itu berupa BBM maupun listrik, ditambah lagi biaya pengadaan sistem jaringan air berupa pipa PVC atau selang air dan kabel listrik.
Demikian beberapa dampak yang menimpa masyarakat Desa Mulyasari, yang kami harap tidak lagi dialami di tahun-tahun yang akan datang. Artinya bagi Anda para pemegang kebijakan di Kawasan Industri Surya Cipta diharapkan segera melakukan "balas budi" kepada warga masyarakat Desa Mulyasari dengan pengadaan/pembuatan/pemasangan fasilitas dan jaringan air bersih, A.S.A.P! (MKS) Sumber gambar: News Room.
Tidak ada komentar